ل: اجتمعت أنا وأبو يوسف القاضي عند الرشيد،
Al Kisai menceritakan: aku dan Qadhi Abu Yusuf pernah berkumpul bersama Khalifah Harun Arrasyid
فجعل أبو يوسف يذم النحو ويقول: وماالنحو؟
Lalu Abu Yusuf mulai mencela ilmu nahwu dan berkata: apa sih nahwu itu?
فأردت أن أعلمه فضل النحو
Lalu akupun ingin memberitahukan (mengajarkan) kepadanya tentang kelebihan ilmu nahwu
فقلت: ما تقول في رجلٍ قال لرجل: أنا قاتلُ غلامك! وقال آخر: أنا قاتلٌ غلامك! أيهما كنت تأخذ به؟
Lalu aku tanyakan kepadanya: apa pendapat anda tentang 2 orang laki-laki yang berkata kepada seseorang, yang pertama berkata: "ana qatilu ghulamika" , sedangkan yang lain berkata: "ana qatilun ghulamak" , yang manakah yang akan engkau hukum?
قال آخذهم جميعاً!
Abu Yusuf menjawab: aku akan menghukum keduanya
فقال الرشيد: أخطأت - وكان له علمٌ بالعربية –
Lalu Khalifah Harun Arrasyid berkata: jawabanmu salah wahai Abu Yusuf (Khalifah Arrasyid berkata begitu karena beliau juga mempunyai pengetahuan tentang bahasa arab)
فاستحيا وقال: كيف ذلك؟
Abu Yusuf pun malu dan berkata: kok bisa begitu?
فقال: الذي يؤخذ بقتل الغلام هو الذي قال: أنا قاتلُ غلامك بالإضافة لأنه فعلٌ ماض،
Lalu Khalifah berkata: Yang dihukum karena membunuh adalah orang yang berkata : "ana qatilu ghulamika" dengan kata "ghulamika" pakai idhafah karena menunjukkan perbuatan masa lampau
وأما الذي قال: أنا قاتلٌ غلامك بالنصب فلا يؤخذ لأنه مستقبل لم يكن بعد، كما قال الله عزّ وجل: (لاتقولنَّ لشيءٍ إني فاعلٌ ذلك غَداً إلا أنْ يشاءَ اللهُ)،
Adapun orang yang berkata: "ana qatilun ghulamaka" dengan kata "ghulam" pakai nashab maka tidaklah dihukum karena menunjukkan masa yang akan datang yang belum terjadi sebagaimana tersebut dalam firman Allah (لاتقولنَّ لشيءٍ إني فاعلٌ ذلك غَداً إلا أنْ يشاءَ اللهُ)، …
ولولا أن المنون مستقبل ماجاز فيه غداً.
Maka seandainya kata "fai'lun" yang bertanwin dalam ayat tersebut tidak menunjukkan masa yang akan datang maka penggunaan kata "ghadan" (besok) tidak diboleh ada dalam ayat tersebut ..
فكان أبو يوسف بعد ذلك يمدح النحو والعربية.
Setelah kejadian tersebut Abu Yusuf pun memuji ilmu nahwu dan bahasa arab …
Cerita ini ditulis oleh al Marazbani (wafat 384 H) dalam kitabnya nurul qabas dan diceritakan kembali oleh Yaqut al Hamawi (wafat 626 H) dalam Mu'jamul Udaba, dan dikisahkan kembali oleh Abu Hayyan Attauhidy dengan cerita agak sedikit berbeda dalam kitabnya al bashair wa azd-dzakhair …
Al Kisai menceritakan: aku dan Qadhi Abu Yusuf pernah berkumpul bersama Khalifah Harun Arrasyid
فجعل أبو يوسف يذم النحو ويقول: وماالنحو؟
Lalu Abu Yusuf mulai mencela ilmu nahwu dan berkata: apa sih nahwu itu?
فأردت أن أعلمه فضل النحو
Lalu akupun ingin memberitahukan (mengajarkan) kepadanya tentang kelebihan ilmu nahwu
فقلت: ما تقول في رجلٍ قال لرجل: أنا قاتلُ غلامك! وقال آخر: أنا قاتلٌ غلامك! أيهما كنت تأخذ به؟
Lalu aku tanyakan kepadanya: apa pendapat anda tentang 2 orang laki-laki yang berkata kepada seseorang, yang pertama berkata: "ana qatilu ghulamika" , sedangkan yang lain berkata: "ana qatilun ghulamak" , yang manakah yang akan engkau hukum?
قال آخذهم جميعاً!
Abu Yusuf menjawab: aku akan menghukum keduanya
فقال الرشيد: أخطأت - وكان له علمٌ بالعربية –
Lalu Khalifah Harun Arrasyid berkata: jawabanmu salah wahai Abu Yusuf (Khalifah Arrasyid berkata begitu karena beliau juga mempunyai pengetahuan tentang bahasa arab)
فاستحيا وقال: كيف ذلك؟
Abu Yusuf pun malu dan berkata: kok bisa begitu?
فقال: الذي يؤخذ بقتل الغلام هو الذي قال: أنا قاتلُ غلامك بالإضافة لأنه فعلٌ ماض،
Lalu Khalifah berkata: Yang dihukum karena membunuh adalah orang yang berkata : "ana qatilu ghulamika" dengan kata "ghulamika" pakai idhafah karena menunjukkan perbuatan masa lampau
وأما الذي قال: أنا قاتلٌ غلامك بالنصب فلا يؤخذ لأنه مستقبل لم يكن بعد، كما قال الله عزّ وجل: (لاتقولنَّ لشيءٍ إني فاعلٌ ذلك غَداً إلا أنْ يشاءَ اللهُ)،
Adapun orang yang berkata: "ana qatilun ghulamaka" dengan kata "ghulam" pakai nashab maka tidaklah dihukum karena menunjukkan masa yang akan datang yang belum terjadi sebagaimana tersebut dalam firman Allah (لاتقولنَّ لشيءٍ إني فاعلٌ ذلك غَداً إلا أنْ يشاءَ اللهُ)، …
ولولا أن المنون مستقبل ماجاز فيه غداً.
Maka seandainya kata "fai'lun" yang bertanwin dalam ayat tersebut tidak menunjukkan masa yang akan datang maka penggunaan kata "ghadan" (besok) tidak diboleh ada dalam ayat tersebut ..
فكان أبو يوسف بعد ذلك يمدح النحو والعربية.
Setelah kejadian tersebut Abu Yusuf pun memuji ilmu nahwu dan bahasa arab …
Cerita ini ditulis oleh al Marazbani (wafat 384 H) dalam kitabnya nurul qabas dan diceritakan kembali oleh Yaqut al Hamawi (wafat 626 H) dalam Mu'jamul Udaba, dan dikisahkan kembali oleh Abu Hayyan Attauhidy dengan cerita agak sedikit berbeda dalam kitabnya al bashair wa azd-dzakhair …
Komentar
Posting Komentar